Sabtu, 08 November 2008

15 September 08 Deritamu Hai Pengangguran


Deritamu Hai Pengangguran
Oleh: Nana Marlina
Wartawan Sijori Mandiri


Mengiriskan memang, di kota kecil yang gambarnya di peta berbentuk kalajengking nan merupakan kota industri terpadat di Indonesia ini terdapat ribuan pengangguran. Tak tanggung-tanggung, diperkirakan angka pengangguran lebih dari 15.000 di Batam. Data itu berdasarkan jumlah pemohon pengurusan kartu kuning yang di buka di 12 Kecamatan di Batam sejak Januari hingga Juli 2008.

Ironisnya, setiap tahun pekerja selalu didatangkan dari luar daerah. Jadi, rasanya wajar jika asosiasi sirikat pekerja di Batam dengan ribuan massanya meminta ketegasan pemerintah untuk memperhatikan mereka. Hal ini sesungguhnya sudah lama menjadi pertanyaan berbagai pihak, meskipun selama ini terkesan adem, dan jarang diangkat.

Sistim outsorching yang dikeluhkan para aktivis ini sesungguhnya resmi oleh pemerintah. Tetapi, sistim tersebut seolah sitim kebablasan, yang tidak terkontrol, sehingga permasalahannya semakin berlarut-larut. Dengan berlindung dibawah selembar surat ijin dari pemerintah, perusahaan yang melakukan outsourching ini terus mendatangkan pekerja dari luar daerah.

Sayangnya pemerintah dinilai memble dalam hal ini. Mereka belum berani membuat sebuah terobosan baru yang membahagiakan pengangguran. Pertanyaanya, sampai kapan para pengangguran ini bisa bertahan di Batam yang katanya surga pencari kerja itu? Sampai kapan mereka akan terus diperlakukan sebagai budak di tanah air sendiri? mereka harus menerima pekerjaan yang gajinya dibawah standar, ditekan, sedikit masalah dikeluarkan, dan berbagai perlakuan tidak adil lainnya yang diterima.

Sementara jika keluar, mereka dihadapkan dengan hal yang lebih ngeri, menjadi pengangguran yang harus membawa selembar ijazah kesana kemari dan bersaing dengan ribuan pengangguran lainnya yang juga mengalami nasib yang sama. Untuk mendapatkan pekerjaan baru, mereka harus rela menunggu, tidak hanya sehari dua hari, bahkan bisa berbulan-bulan baru akan mendapatkan pekerjaan. Sementara, untuk bisa bertahan hidup di Batam butuh biaya yang tinggi, jadi, kenapa kriminalitas tinggi di Batam, kenapa banyak gepeng di Batam, kenapa banyak prostitusi di Batam, kenapa banyak orang gila di Batam? jawabannya, kebijakan pemerintah belum sepenuhnya menggembirakan untuk masyarakat. Sampai kapan pemerintah akan terus duduk dibelakang meja, dan berlindung di bawah sistem yang sudah berjalan, tanpa membuat gebrakan baru yang menggembirakan masyarakat.

Tidak ada komentar: