Selasa, 18 November 2008

16 September 08 Pengawasan Hutan Oleh Polisi Kehutanan Minim

-Penyebab Penjarahan Hutan
SEKUPANG- Kepala Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kehutanan Departemen Kehutanan di Kepri Rinaldo mengaku kewalahan dalam menangani aksi penjarahan kayu di hutan pulau Batam. Faktor kelihaian pelaku menjadi kendala utama polisi kehutanan.

Hal itu dikemukakan Rinaldo kepada Sijori Mandiri di kantornya, Senin (15/9).

"Berdasarkan pengalaman, aksi mereka di Batam sangat bersih, sulit bagi kami yang berjumlah sedikit untuk mengawasi, mereka bekerja dengan rapi dan bersih," ujarnya.

Disebutkannya, sesungguhnya kepolisian dari KSDA Kehutanan telah sering berupaya untuk menangkap sindikat ilegal loging ini, namun ketika dikejar kelokasi sering yang didapatkan hanya barang bukti, sementara pelaku lolos. Penyebab lain akan hal ini adalah minimnya sarana untuk melakukan penyelidikan ini.

"Kita tidak memiliki sarana untuk menyelidiki aksi mereka, sementara mereka memiliki fasilitas yang lengkap, sehingga kita sering kucing-kucingan dengan mereka," ujarnya.

Ditanya tentang kerusakan hutan di Batam, ia menyebutkan lebih dari 60 persen hutan di Batam telah dirusak oleh para pencuri kayu ini, namun sejauh ini dampak dari hasil pengrusakan hutan tersebut belum begitu tampak.

Rinaldo juga menyebutkan, dari hasil pantauan intelnya dilapangan dalam satu malam kayu yang diangkut dari pulau-pulau kecil di Batam bisa mencapai 10 lori. Tetapi dalam waktu seminggu bisa kegiatan tersebut tidak ada.

"Kami mengetahui kegiatan mereka, tetapi begitu kami bergerak mereka lansung mengetahui, dan itu terjadi berkali-kali, pekerjaan mereka bersih," ujarnya.

Dalam hal pengamanan hutan di Kepri, ia menyebutkan sangat kekurangan anggota. Untuk daerah Kepri yang terdiri dari 2 Kota dan 4 Kabupaten hanya memiliki 11 polisi kehutanan. Sementara idealnya untuk mengamankan kawasan hutan dari penjarahan diperlukan minimal 50 orang polisi kehutanan.

"Sekarang ini dengan tenaga yang hanya 11 orang ini terpusat di dua daerah saja, yaitu di Batam dan Bintan, karena memang dua daerah ini sentranya. Khusus untuk Batam ini kami sangat kewalahan selain karena banyaknya pelabuhan tikus, juga pulau-pulau yang menjadi tempat penghasil kayu ini cukup jauh dan kami perlu kapal atau speed boad untuk itu," ujarnya.

Namun ia mengaku optmis bahwa pelaku pembalakan hutan di Batam cepat atau lambat akan teringkus juga. (sm/an)

Tidak ada komentar: