Selasa, 18 November 2008

29 September 08 Dahlan dan Keluarga Nobar Laskar Pelangi Dengan Wartawan

-Berkisah Tentang Semangat Pendidikan Yang Kini Langka
Diangkat dari novel best seller Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, film Laskar Pelangi mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat. Di Batam sendiri, Film yang sudah diputar semenjak tanggal 25 September hingga kemaren masih dicari-cari oleh masyarakat.

Hal ini mendapat perhatian yang cukup serius dari Walikota Batam Ahmad Dahlan yang baru menyaksikan pemutaran film tersebut, Sabtu malam (27/9), atau hari ketiga pemutaran film tersebut.

Usai menonton film bersama keluarga dan sejumlah insan pers di Studio XXI Mega Mall Batam Centre ia menuturkan, kondisi sekolah yang terjadi di dalam latar film tersebut, dimana sekolah yang tidak lebih baik dari kandang kambing tersebut juga pernah terjadi di Batam. Namun ia merasa senang karena saat ini sudah tidak ada lagi sekolah yang seperti itu di Batam, maupun di Hinterland.

Dari kisah yang mencerminkan tentang perjuangan keras 10 anak dari keluarga miskin yang berasal dari pesisir pantai di Pulau Belitong tersebut, ia terkesan dengan tokoh Lintang, seorang anak yang cerdas dan menjadi inspirasi bagi Ikal (tokoh utama).

Lintang adalah anak yatim yang ditinggal mati oleh ibunya. Ia sebagai anak tertua dan satu-satunya laki-laki diperjuangkan oleh ayahnya yang seorang pelaut untuk tetap bersekolah walau haru menempuh jalan yang cukup jauh. Bahkan setiap harinya ia harus mempertaruhkan nyawanya untuk melalui rawa yang dihuni oleh seekor buaya yang sangat besar.

Ditengah cerita, lintang yang sudah duduk dikelas 6 harus keluar dari sekolah karena ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga berpulang ke Haribaanya. Sehingga ia yang masih berusia belasan tahun harus menjadi tulang punggung keluarganya. Namun, dengan semangat dan kata-kata yang pernah diucapkan oleh Lintang, Ikal terus melanjutkan pendidikannya, hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah S2 di Sorbonne, Perancis.

Di akhir cerita, meskipun Lintang harus putus sekolah, namun ia memiliki cita-cita yang tinggi agar anaknya juga bisa bersekolah, bahkan bisa mengejar mimpi untuk bersekolah keluar negeri seperti temannya Ikal.

"Ini filem ini akan menularkan virus semangat pendidikan kepada kita, saya berharap masyarakat menonton film ini, karena film ini berkisahkan betapa pentingnya pendidikan dan perlunya perjuangan untuk mendapatkan pendidikan ini," ujarnya.

Ia menambahkan untuk tercapainya sebuah hasil yang baik dalam pendidikan harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari orang tua, anak, dan masyarakat.

Sementara untuk guru sendiri, menurutnya masih banyak guru yang enggan ditugaskan di Hinterland. Namun dengan adanya program guru baru harus bersedia ditempatkan di hinterland, maka hal tersebut akan teratasi.

"manusiawi ya jika seseorang itu sudah terbiasa hidup di kota, maka ia akan keberatan untuk mengajar di pulau, tetapi dengan adanya kebijakan baru ini kita harapkan bisa tercapai," ujarnya. (sm/an)

Tidak ada komentar: